Bismillah
.
.
saya selalu suka dengan cerita Imam Ahmad dan pedagang roti, entah kenapa cerita itu selalu menjadi mood booster saya ketika hati ini mulai "kotor" #emak2mulailebay
saya share ulang ya...
saya lupa nama blog nya apa..tp kalau kita googling banyaak yg sudah menshare nya..silahkan dibaca lagi ya..semoga bisa menjadi Ibroh buat kita semua
Kisah Inspiratif ini dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hambal Rah (murid Imam Sya fi’i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Dimasa akhir hidup beliau bercerita “satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak”. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat.
Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita, “Begitu tiba disana waktu Isya’, saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat.”
Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya, “_kamu mau ngapain disini, syaikh.”
(kata “syaikh” bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena marbot taunya sebagai orang tua).
Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya.
Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab “saya ingin istirahat, saya musafir.” Kata marbot, “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid !“.
Imam Ahmad bercerita “saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikunci pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid“.
Ketika sudah berbaring di teras masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syaikh?” Kata marbot. “Mau tidur, saya musafir” kata imam Ahmad.
Lalu marbot berkata, “di dalam masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh.” Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, “saya didorong-dorong sampai jalanan”.
Disamping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Ketika imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “mari syaikh, anda boleh nginap ditempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil”.
Kata imam Ahmad “baik” Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku khas, kalau imam Ahmad ngajak bicara dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, “Astaghfirullah“.
Saat memberi garam, astaghfirullah, menecah telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Dia senantiasa mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus.
Lalu imam Ahmad bertanya “sudah berapa lama kamu lakukan ini?” Orang itu menjawab, “sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan“.
Imam Ahmad bertanya “maa tsamarotu fi’lik?”, “apa hasil dari perbuatanmu ini?” Orang itu menjawab “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta,kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah….,langsung diwujudkan.”
Nabi Shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda “siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya”.
Lalu orang itu melanjutkan “semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah beri.”
Imam Ahmad penasaran lantas bertanya “apa itu?”
Kata orang itu “saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad”.
Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir “Allahu Akbar..! Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan, ternyata karena istighfarmu.. ”
Penjual roti itu terperanjat, memuji Allah, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad…
Ia pun langsung memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad…
Mungkin apa yang di lakukan seorang tukang roti ini sudah di cap bid’ah oleh segelintir kelompok saat ini karena apa yang beliau amalkan tidak di amalkan oleh Nabi, akan tetapi amalan ini tidak bertentangan dengan syari’at Islam, maka apa yang dilakukan oleh tukang Roti tersebut adalah amalan yang baik. Bahkan Imam Ahmad pun tak melarang dan bahkan ta’jub akan keisitiqomahan pedagang roti tsb mendawamkan istighfar dalam ‘setiap keadaan’.
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan baginya pada setiap kesedihannya jalan keluar dan pada setiap kesempitan ada kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Sumber: Manaqib Imam Ahmad Bin Hambal oleh Abul Faraj Ibnu Al-Jauzi